PELAKSANAAN TRIPUSAT PENDIDIKAN DI INDONESIA
Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam membentuk
pribadi manusia dan membangun peradaban bangsa. Hal tersebut menyebabkan pendidikan
menjadi tolak ukur maju tidaknya suatu bangsa. Pendidikan nasional bertujuan
untuk membentuk kepribadian dan peradaban bangsa serta mengembangkan kemampuan
dan potensi peserta didik menjadi manusia yang bermartabat. Manusia yang
bermartabat memiliki arti manusia yang beriman, bertakwa, sehat, berilmu,
memiliki akhlak mulia, mandiri, kreatif, dan bertanggung jawab. Namun,
pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini masih lebih menekankan pada akal atau
masih sebatas mentransfer pengetahuan sehingga pembentukan watak dan moral
dikesampingkan. Seseorang hanya menjadi pintar secara akademik, tetapi masih
terlalu lemah secara emosional dan tingkah laku. Salah satu penyebab
permasalahan tersebut karena kurangnya peran orang tua dan masyarakat dalam
mendidik dan mengajari anak. Untuk itu, diperlukan sinergitas Tripusat Pendidikan.
Tripusat Pendidikan merupakan konsep pendidikan yang
dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan
Nasional. Konsep pendidikan ini muncul atas kesadaran Ki Hajar Dewantara
mengenai tujuan pendidikan nasional yang mustahil tercapai hanya dengan satu
jalur atau satu pusat pendidikan. Konsep ini membagi pusat lingkungan
pendidikan menjadi tiga, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat. Ketiga pusat pendidikan tersebut harus sejalan,
berkaitan, dan saling melengkapi satu sama lain. Dengan adanya sinergitas ini,
tripusat pendidikan menjadi kunci kemajuan pendidikan nasional.
Lingkungan keluarga merupakan unit terkecil dari suatu
masyarakat yang memberikan pengalaman pertama dan memegang peranan penting dalam
membentuk dan mengembangkan ketakwaan, karakter, sikap, kepribadian, dan sopan
santun pada pribadi seseorang. Selain itu, lingkungan keluarga juga memiliki
peran membantu dan melatih anak dalam menguasai cara-cara mengurus diri,
seperti berbicara, berjalan, cara makan, dan sebagainya. Untuk itu, suasana dan
kondisi lingkungan keluarga perlu diperhatikan. Seseorang akan berkembang
dengan baik dan optimal di dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan dipenuhi
dengan kasih sayang dan rasa aman. Selain itu, cara mendidik keluarga
berpengaruh terhadap tumbuh kembang watak, kepribadian, dan akhlak seseorang.
Selain memperoleh pendidikan informal di lingkungan
keluarga, seorang anak juga memperoleh pendidikan formal di lingkungan sekolah.
Sekolah adalah lembaga sosial yang dibentuk secara sengaja dengan tujuan untuk
melaksanakan proses pendidikan. Sekolah merupakan pusat pendidikan kedua
setelah keluarga yang bersifat tidak kodrati. Sekolah bertugas mendidik,
mengajar, dan memperbaiki tingkah laku dan karakter anak yang telah diajarkan
di lingkungan keluarga. Selain itu, sekolah juga membantu anak dalam membangun
dan mengembangkan kemampuan intelektual, bakat, dan keterampilan. Pusat
pendidikan yang ketiga yaitu lingkungan masyarakat sebagai lingkungan
pendidikan nonformal. Lingkungan masyarakat menjadi tempat untuk mengevaluasi
dan mengimplementasikan nilai-nilai, pengetahuan, dan keterampilan seseorang
yang telah diperoleh di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Lingkungan
masyarakat juga memberikan pengalaman mengenai berbagai hal, seperti lingkungan
alam, sosial, dan budaya. Setiap orang akan mempunyai status tertentu dan akan
mempelajari nilai dan peranan yang harus mereka lakukan di lingkungan
masyarakat. Selain itu, lembaga pendidikan kemasyarakatan memberikan kemampuan
untuk mengembangkan karir dan mengembangkan kemampuan kehidupan beragama.
Ketiga lingkungan pendidikan tersebut dalam proses
pendidikan di Indonesia harus dilaksanakan sejalan dan beriringan demi mencapai
tujuan pendidikan nasional. Dalam penerapan tripusat pendidikan, terdapat
beberapa aspek yang sudah maupun belum dilaksanakan secara sejalan dan saling
melengkapi satu sama lain. Pada aspek kerohanian, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat, dan lingkungan keluarga belum sepenuhnya berjalan. Aspek
kerohanian ini mencakup pendidikan agama yang mendidik seseorang menjadi
manusia yang memiliki rasa tanggung jawab secara moral dan agama serta memiliki
mentalitas dan moralitas luhur. Mata pelajaran agama dan ekstrakurikuler
keagamaan telah ada dan dibentuk di lingkungan sekolah. Di lingkungan
masyarakat terdapat kegiatan dan organisasi atau komunitas keagamaan seperti
remaja masjid dan Pemuda Katolik. Di lingkungan keluarga, sebagian besar keluarga
di Indonesia sudah mengajarkan anak-anak mereka tentang agama dan kepercayaan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa Tripusat Pendidikan pada aspek kerohanian telah
dilaksanakan sejalan dan berkesinambungan satu sama lain.
Di masa pandemi ini, penyelenggaraan pendidikan
dilakukan dengan pembelajaran jarak jauh. Hal ini berarti kegiatan belajar
mengajar bukan dilakukan di sekolah melainkan di rumah siswa masing-masing. Hal
tersebut secara tidak langsung menandakan bahwa sebagian tugas dan tanggung
jawab sekolah menjadi tanggung jawab dan peran keluarga terutama orang tua.
Sebelum pandemi, sekolah mempunyai tanggung jawab utama untuk memberikan
pengetahuan dan melatih kemampuan anak, serta menyempurnakan kepribadian siswa.
Sedangkan keluarga mempunyai tanggung jawab utama untuk membentuk watak dan
kepribadian anak serta memenuhi kebutuhan ekonominya. Dengan adanya
pembelajaran jarak jauh ini, sebagian tugas memberikan pengetahuan dan melatih
keterampilan menjadi tanggung jawab keluarga. Hal ini karena sekalipun guru
memberikan materi kepada siswa baik melalui video-conferensi
ataupun dalam bentuk modul, tetapi tetap tidak dimengerti siswa seutuhnya
sehingga masih perlu bertanya kepada anggota keluarga. Hal tersebut menandakan
bahwa pelaksanaan Tripusat Pendidikan di masa pandemi ini telah sejalan dan
saling melengkapi satu sama lain.
Pelaksanaan Tripusat Pendidikan di Indonesia juga
dapat dilihat dari aspek ekonomi. Selisih atau gap kekayaan mayarakat ekonomi tinggi dengan masyarakat ekonomi
rendah di Indonesia cenderung besar. Hal tersebut menyebabkan pelaksanaan
Tripusat Pendidikan pada masyarakat menengah ke bawah dengan masyarakat
menengah ke atas berbeda. Keluarga yang memiliki perekonomian yang stabil akan
melaksanakan tanggung jawabnya sebagai pusat pedidik dengan baik. Mereka dapat
mendidik anak-anaknya dengan baik dan memenuhi kebutuhan dan fasilitas
pendidikan yang diperlukan. Selain itu, mereka juga berpartisipasi aktif dalam
berbagai kegiatan bersama sekolah demi keberhasilan pendidikan anaknya. Berbeda
dengan keluarga yang berekonomi rendah. Mereka tidak dapat memenuhi tanggung
jawabnya dengan baik karena kesibukannya dalam pekerjaan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Mereka cenderung kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dan
fasilitas pendidikan bagi anak-anaknya. Mereka juga sulit untuk berpartisipasi
dalam kegiatan sekolah. Hal tersebut menyebabkan peran keluarga sebagai pusat
pendidik tidal berjalan dengan maksimal.
Dalam aspek ekonomi, selain dilihat dari sudut pandang
lingkungan keluarga, juga dapat diihat dari sudut pandang sekolah. Tidak jauh
dari penjelasan di atas, untuk sekolah yang memiliki dana yang cukup besar akan
memenuhi tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Sekolah dapat menyediakan
fasilitas dan kebutuhan pendidikan yang berkualitas dan terbaik bagi para
siswanya. Sedangkan untuk sekolah yang kekurangan dana akan cenderung kesulitan
dalam menyediakan fasilitas dan kebutuhan pendidikan bagi para siswanya. Hal
tersebut menyebabkan tidak optimalnya penyelenggaraan pendidikan oleh sekolah
tersebut. Dengan demikian, pelaksanaan Tripusat Pendidikan berdasarkan aspek
ekonomi, semakin baik tingkat ekonominya semakin baik pelaksanaannya dan
sebaliknya. Untuk itu, diperlukan kesadaran segenap masyarakat Indonesia dan
bantuan pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut.
Pada aspek kualitas dan kompetensi para pendidik,
dalam hal ini orang tua di lingkungan keluarga, guru di lingkungan sekolah, dan
masyarakat. Kompetensi dan kualitas guru merupakan syarat mutlak keberhasilan
dalam pendidikan. Kompetensi dan kualitas guru di Indonesia sebagian besar
telah memenuhi standar. Meskipun begitu, tidak sedikit para guru yang tidak
memenuhi standar kompetensi guru. Jika hal tersebut tidak segera diatasi akan
memengaruhi kualitas pendidikan dan berpengaruh terhadap kualitas lulusan. Pada
lingkungan keluarga, khususnya orang tua di Indonesia sebagian besar belum
memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang cara mendidik anak dengan baik. Hal
tersebut menyebabkan perkembangan kepribadian dan moral anak kurang optimal
akibat cara mendidik yang salah. Untuk itu, para orang tua menitikberatkan
tanggung jawab pendidikan anak-anaknya kepada sekolah dan lembaga masyarakat.
Padahal, keluarga memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian, watak,
dan budi pekerti pada anak yang nantinya akan membantu tugas sekolah dalam
menyempurnakannya. Hal tersebut menyebabkan tidak imbangnya peran antara
keluarga, sekolah, dan masyarakat, sehingga berpengaruh terhadap pelaksanaan
Tripusat Pendidikan.
Selain aspek ekonomi, pelaksanaan Tripusat Pendidikan
juga dapat dilihat dari aspek budaya masyarakat. Masyarakat Indonesia terbagi
menjadi dua jenis, yaitu masyarakat tradisonal dan masyarakat modern.
Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang masih mempertahankan adat
istiadatnya, tertutup dengan adamya modernisasi, dan pada umumnya bertempat
tinggal di daerah pedalaman dan pedesaan. Penyelengara pendidikan pada
masyarakat tradisional sama dengan penyelenggara pendidikan pada masyarakat
modern, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Namun, pada masyarakat
tradisional, pada umumnya tanggung jawab pendidikan dititikberatkan pada
keluarga dan masyarakat. Pendidikan formal pada masyarakat tradisional
menggunakan metode yang berpusat pada guru, tidak adanya pemanfaatan teknologi,
dan menutup diri dari peradaban dan budaya masa kini. Kurikulum yang digunakan
oleh sekolah biasanya disembunyikan sehingga terjadi kurangnya komunikasi dan
koordinasi antara pihak sekolah dengan orang tua peserta didik. Jenis
masyarakat yang kedua yaitu masyarakat modern, yaitu masyarakat yang terbuka
dengan adanya perubahan atau modernisasi. Pada masyarakat modern ini, peran
orang tua dalam pendidikan terutama pada aspek penguasaan pengetahuan dan
keterampilan semakin mengecil dibandingkan dengan peran sekolah dan masyarakat.
Orang tua seolah melepas tanggung jawabnya sebagai salah satu pusat pendidikan.
Mereka menganggap dengan membiayai sekolah anak-anaknya sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak-anaknya. Sehingga peran sekolah lebih
besar disbanding dengan peran orang tua. Dari kedua jenis masyarakat tersebut,
dapat dilihat bahwa Tripusat Pendidikan tidak dapat dilaksanakan secara sejalan
dan saling melengkapi satu sama lain, masih terdapat pihak yang lebih dominan
dalam menyelengarakan pendidikan.
Tripusat Pendidikan memberikan tiga kontribusi dalam
kegiatan pendidikan yaitu pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi dan
budaya, pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan, dan pelatihan bakat dan
keterampilan. Untuk melaksanakan kontribusi tersebut secara optimal, perlu
dilakukan berbagai upaya dan solusi oleh negara, baik di lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
Upaya yang perlu dilakukan pemerintah yaitu dengan
menyelenggarakan seminar atau penyuluhan kepada keluarga dan masyarakat
mengenai konsep Tripusat Pendidikan. Hal ini penting karena sebagian besar
orang tua dan masyarakat Indonesia beranggapan bahwa pendidikan anak-anaknya
adalah tanggung jawab sekolah, sehingga mereka hanya perlu menyekolahkan dan
membiayai keperluannya. Dengan adanya penyuluhan tersebut diharapkan dapat
memberikan informasi secara jelas mengenai peran dan tanggung jawab keluarga
dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Selain
menyelenggarakan penyuluhan, pemerintah juga dapat melakukan peninjuan kepada
tiap-tiap sekolah di seluruh Indonesia dan memberikan bantuan kepada
sekolah-sekolah yang memiliki fasilitas yang kurang memadai. Hal ini penting
mengingat salah satu penyebab terhambatnya pelaksanaan Tripusat Pendidikan di
Indonesia adalah fasilitas pendidikan, seperti gedung, meja, kursi, buku, dan
komputer, yang rusak dan kurang lengkap.
Keluarga terutama orang tua perlu mengikuti seminar
atau pelatihan tentang cara mendidik seorang anak sebagai salah satu upaya
memenuhi tanggung jawabnya sebagai pusat pendidikan. Keluarga di Indonesia sebagian
besar belum memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mendidik dan membentuk
kepribadian anak. Mereka cenderung mendidik anak dengan cara yang salah
sehingga memengaruhi perkembangan fisik, mental, dan cara berpikir anak. Dengan
mengikuti seminar dan pelatihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dalam mendidik anak sehingga dapat
berkontribusi dalam kemajuan pendidikan dan perkembangan generasi muda di
Indonesia. Selain itu, upaya yang dapat dilakukan oleh keluarga adalah dengan
turut mendukung potensi anak dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan
sekolah. Keluarga di Indonesia sebagian besar acuh dengan kegiatan yang
dilakukan anak-anaknya saat berada di linkungan sekolah. Mereka juga cenderung
pasif dan tidak mau memberikan saran maupun kritik terhadap kegiatan sekolah.
Padahal, keterlibatan aktif keluarga terhadap kegiatan sekolah akan sangat
membantu sekolah dalam memperbaiki dan mempertahankan kinerjanya. Dengan
meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam kegiatan sekolah ini akan membantu
meningkatkan sinergitas Tripusat Pendidikan.
Sekolah perlu menyelenggarakan Rapat Komite Sekolah
sebagai solusi dan upaya dalam mencapai kontribusi yang optimal. Rapat Komite
Sekolah ini dihadiri oleh pihak sekolah, orang tua siswa, dan perwakilan
masyarakat. Tujun dari penyelenggaraan rapat ini adalah untuk menyatukan
pandangan dan harapan dari keluarga dan masyarakat kepada sekolah untuk dapat
mendidik dan mengajar para siswanya sesuai dengan kepribadian, kemampuan, dan keterampilan
yang diharapkan.
Tripusat Pendidikan terdiri dari lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat harus diselenggarakan secara sejalan dan
berkesinambungan satu sama lain. Keberadaan Tripusat Pendidikan di Indonesia
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kemajuan pendidikan. Kontribusi
Tripusat Pendidikan terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia antara lain
pembentukan kepribadian dan karakter, pengajaran guna menguasai dan memperluas
pengetahuan, dan kontribusi dalam melatih bakat dan keterampilan para generasi
muda. Namun, dalam beberapa aspek, penerapan Tripusat Pendidikan belum berjaan
secara optimal dan berkesinambungan. Hal tersebut menyebabkan generasi muda
cenderung hanya menguasai bidang akademik seperti pengetahuan dan keterampilan,
tetapi kurang memiliki budi pekerti yang luhur dan mental yang lemah. Untuk itu,
diperlukan solusi dan upaya dari berbagai pihak mulai dari pemerintah,
keluarga, sekolah, dan masyarakat Indonesia demi mencapai tujuan pendidikan
nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyani,
A. D., & Rasydah, A. (2020). Upaya Meningkatkan Minat Membaca Anak Usia
4-5 Tahun yang Berkorelasi dengan Tri Pusat Pendidikan. Cakrawala Dini:
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini , 110-116.
Fauziya, D. S., Ismayani, M., & Peishi, N. (2020). Kajian Empirik
tentang Pendidikan dalam Latar Peristiwa (Pendidikan pada Masyarakat
Tradisional, Modern, dan Era Globalisasi). Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Kurniawan, M. I. (2015). Tri Pusat Pendidikan sebagai Sarana Pendidikan
Karakter Anak Sekolah Dasar. Journal Pedagogia , 41-49.
Masjid, A. A., Arief, A., Setyawan, A. D., & Retnaningsih, R. (2019).
Tri Pusat Pendidikan sebagai Upaya Memperkuat Pendidikan Karakter Siswa di
Taman Muda Ibu Pawiyatan. Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an , 547-553.
Megawati, P. (n.d.). Meretas Permasalahan Pendidikan di Indonesia. Jurnal
Formatif 2(3) , 227-234.
Muliati, B. (2016). Mengembalikan Kebermaknaan Tri Pusat Pendidikan pada
Lembaga Pendidikan. Jurnal al-Hikmah , 101-110.
Komentar
Posting Komentar